Wednesday, 8 November 2017

Hak Kesulungan

Tema     : Hak Kesulungan
Nats       : Kejadian 25:19-39

Adik-adik, sama seperti ayahnya, Ishak harus menunggu lama sampai anaknya lahir. Dan Ishak langsung mendapatkan dua anak, anak kembar bernama Esau dan Yakub.

Keluarga Ishak begitu bahagia dan mereka semua tahu bagaimana cerita Esau dan Yakub lahir. Adik-adik masih ingat bagaimana mereka lahir? Si adik, yaitu Yakub memegang tumit abangnya, Esau. Mereka menganggap bahwa ini adalah pertanda bahwa si adik lebih penting dari abangnya dan ternyata memang seperti itulah yang terjadi sesuai firman yang disampaikan Tuhan.

Adik-adik, untuk memahami kisah ini dengan baik, adik-adik harus ingat bahwa pada zaman itu anak sulung adalah ahli waris milik ayahnya. Oleh karena itu, sang kakak yaitu Esau yang lahir beberapa menit sebelum Yakub disebut sebagai anak sulung dan otomatis “hak kesulungan” menjadi miliknya.

Nah, waktu yang hanya beberapa menit itu bisa membuat perbedaan yang besar: Kaya atau miskin, penghargaan atau tanpa penghargaan. Anak kedua tidak dianggap, apa lagi anak ketiga, keempat, dan seterusnya. Bahkan sampai saat ini di negeri Israel kebiasaan itu masih berlaku, segala sesuatu menjadi hak anak sulung apabila sang ayah meninggal dunia.

Tentunya adik-adik, Esau ini sangat beruntung, kan? Dia adalah anak yang lahir pertama dan karena itu semua kekayaan dan kehormatan ayahnya akan jatuh kepadanya.

Tapi anehnya adik-adik, Esau justru tidak menganggap itu sebagai sesuatu yang penting. Ia sama sekali tidak tertarik dengan semua itu. Dia hanya sibuk berkeliaran di padang untuk berburu. Beda sekali dengan adiknya, Yakub. Ia lebih senang tinggal di rumah. Ia lebih suka dekat ibunya, mendengar ibunya bercerita tentang janji-janji Allah dan cerita bagaimana dia lahir, bahwa Tuhan berfirman, “Dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda.”

Demikianlah adik-adik, Yakub lebih dikasihi ibunya dibandingkan Esau. Dan kedua anak kembar itu tumbuh dengan perbedaan watak yang mencolok.

Sikap abai Esau akan hak kesulungan itu pun dimanfaatkan Yakub untuk menukarkannya dengan semangkuk sup kacang mereah yang tidak sebanding dengan harta yang menjadi hak anak sulung.

Esau tidak menyadari kekeliruannya, bahwa dia telah melepaskan hak kesulungannya dengan sumpah pada adiknya, Yakub.

Sampai suatu hari, Ishak semakin tua dan pandangannya semakin kabur. Esau sibuk dengan perburuannya sementara Yakub asyik di sekitar rumah.

Ishak merasa waktunya sudah dekat, maka dia memanggil Esau, dan Ishak berkata (Kejadian 27:2-4). Esau sangat senang, karena dia bisa melakukan sesuatu yang menyenangkan ayahnya, dia juga senang bahwa dia akan diberkati ayahnya.

Tapi sayang sekali, Ribka, ibunya, mendengar percakapan itu. Ribka yang lebih menyayangi Yakub cepat-cepat merencanakan sesuatu yang sesuai dengan pikirannya.

Saat dia bertemu Yakub, Ribka pun menceritakan semua yang dikatakan Ishak pada Esau. Ribka pun berkata, “... Kejadian 27:6-10”

Awalnya Yakub enggan melakukan perintah ibunya. Ia takut. Yang Yakub takutkan bukan karena pendapat ibunya salah, tapi yang dia takutkan kalau perbuatannya itu ketahuan. Yakub pun berkata, “...Kejadian 27:11-12”

Namun ibunya meyakinkan Yakub dan Ribka bertekad bahwa Yakublah yang harus menerima hak kesulungannya itu. Maka Yakub pun berbuat seperti yang diperintahkan ibunya. Yakub mengambil dua ekor anak kambing dan ibunya memasak makanan yang sangat disukai Ishak.

Ribka pun memakaikan baju yang terbaik punya Esau pada Yakub. Untuk melengkapi tipuan itu, ibunya melilitkan bulu kambing pada tangan dan leher Yakub.

Yakub pun masuklah ke tenda ayahnya dengan makanan yang telah diolah ibunya. Yakub pasti sangat takut kalau-kalau itu akal-akalan ia dan ibunya (Kejadian 27:18-24). Karena merasa mendapat jawaban yang memuaskan, maka Ishak pun memakan makanan yang dibawa Yakub.
Ishak berkata, “Bangsa-bangsa akan takluk padamu, suku-suku bangsa akan sujud padamu. Jadilah tuan atas saudara-saudaramu dan anak-anak ibumu akan sujud menyembahmu.” Demikianlah Yakub diberkati dengan berkat anak sulung.

Ishak tentu saja sudah membayangkan berkat-berkat indah yang akan menjadi milik Esau. Tapi justru berkati itu dikatakan pada anak yang tidak tepat.

Yakub keluar dan melepaskan pakaian Esau dan berlagak tidak terjadi apa-apa. Tidak lama kemudian Esau pun masuk. Maka terjadilah saat-saat yang sangat-sangat menyedihkan. Esau telah menyediakan makanan yang sama enaknya, dia datang dan berkata, “Kejadian 27:31-37”

Esau menangis dengan sangat keras. Betapa kebodohannya telah membawa dia dalam kepedihan dan kesengsaraan.

Namun demikian, adik-adik, apakah Yakub bebas dari dosa karena telah menipu? Tidak. Yakub pun harus membayar harga atas apa yang telah ia lakukan. Ia harus lari dari rumah dan kehilangan rumah dan ibunya. Bertahun-tahun ia hidup dalam kesepian dan kekecewaan berat dan ia tidak pernah lepas dari rasa takut akan perbuatannya.

Aplikasi
1.       Ingatlah Yakub dan harga yang harus dibayarnya atas sikap mementingkan diri sendiri itu. Menipu tidak ada gunanya.
2.       Kita juga memilki hak kesulungan. Kita mempunnyai hak untuk menjadi ahli waris Allah bersama Kristus. Jangan pernah mau menukarkan anugerah yang  berharga itu dengan kesenangan yang segera berlalu.











0 comments:

Post a Comment

 
;