Di sebuah desa ada
keluarga. Dalam keluarga itu ada ayah, ibu, dan 2 orang anak laki-laki. Kedua
anak itu sudah cukup besar.
Anak yang pertama
berkata kepada ayahnya, “Ayah, saya mau minta harta warisan yang menjadi bagian
saya.”
“Buat apa?” kata
ayahnya.
“Ayah tidak perlu
tahu, yang penting berikan bagian saya.”
Ayahnya pun
memberinya tanpa berpikir panjang.
Ada beberapa uang
dan juga tanah milik ayahnya yang menjadi miliknya. Lalu anak ini menjual tanah
yang menjadi bagiannya lalu pergi ke sebuah kota dan di sana anak itu
menghabiskan uangnya untuk hal-hal yang tidak benar.
Setelah uangnya
habis, maka anak ini menderita kelaparan dan di kota itu ia menjadi pembantu di
rumah orang, membersihkan rumah, member makan ternak (babi). Anak ini sungguh
menderita.
Nah, adik-adik
cerita ini hampir mirip dengan bacaan kita hari ini. Adik-adik tahu tidak
kesalahan dari anak bungsu ini?
- Anak ini meminta harta waris sebelum ayahnya meninggal. Tradisi/kebiasaan orang-orang pada waktu itu, tidak boleh mengambil harta waris sebelum orang tua meninggal.
- Setelah anak ini menerima harta waris, lalu dia menjualnya. Sepertinya dia tidak menghargai pemberian ayahnya.
- Dia meninggalkan ayahnya.
Pelanggaran yang
dibuat oleh manusia ada akibatnya. Akibatnya adalah ketika anak ini jauh dari
ayah, dia pun jauh dari kasih sayangnya. Hidupnya menderita dan menjijikkan.
Adik-adik, anak
bungsu ini adalah gambaran dari diri kita. Kita sering memberontak kepada
Tuhan. Kita meninggalkan Tuhan. Tidak menghargai-Nya saat ibadah (ribut) dan
kita melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan hati Tuhan. Tetapi adik-adik,
ketika kita menyadari itu salah dan kembali kepada Tuhan, Tuhan menerima kita
seperti ayah yang kita baca.
Ayah yang tadi dalam
bacaan kita senantiasa menunggu kapan anak bungsunya kembali. Walaupun anaknya
menyakitinya, tetapi ayahnya tetap mengasihi. Bahkan ayah tidak mengingat-ingat
lagi dosa yang ia perbuat. Ayah tetap menerima dia sebagai anak. Demikianlah
Tuhan kepada kita. Dia seperti ayah yang menunggu kapan kita kembali.
Adik-adik, dalam
hidup kita, kita sering menyakiti hati Tuhan dengan berbuat yang tidak baik. Mari
kita datang kepada Tuhan karena Dia senantiasa menunggu kita dan mengampuni
dosa-dosa kita.
Ayat hapalan 1 Yohanes 4:10
0 comments:
Post a Comment