Sunday, 22 January 2017

Ishak Dipersembahkan di Gunung Moria

Tema     : Ishak Dipersembahkan di Gunung Moria
Nats       : Kejadian 22:1-19

Abraham diuji
·         Bapa segala bangsa
·         Ayahnya Ishak
·         Suami dari Sarah
·         Anak Terah
·         Hamba yang dikasihi Tuhan
·         Taat, setia, dan takut akan Tuhan
·         Sudah tua
·         Penerima janji Tuhan
·         Percaya Tuhan
·         Melalui Abraham bangsa-bangsa diberkati

Siapakah Ishak?
·         Anak Abraham
·         Anak tunggal
·         Anak yang penurut
·         Arti nama Ishak = tertawa
·         Anak yang dinanti-nantikan oleh orang tuanya, sangat disayangi orang tuanya
·         Anak perjanjian
·         Anak yang polos
·         Anak yang percaya penuh kepada ayahnya

Gunung adalah tempat di mana orang Israel terbiasa menyembah Tuhan

Pendahuluan
Apakah Allah menghendaki manusia mempersembahkan manusia yang lain sebagai persembahan korban yang berkenan kepada-Nya?
Artinya, apakah Allah menghendaki supaya Abraham mempersembahkan anaknya Ishak sebagai korban yang berkenan kepada-Nya.

Kalimat Peralihan
Adik-adik, kita akan bersama-sama belajar Alkitab...

Nas
Nas kita hari ini bercerita tentang Abraham diuji imannya oleh Allah. Apa ujiannya? Ishak anaknya diminta Allah untuk dipersembahkan sebagai korban bakaran.

Adik-adik, pada suatu hari Abraham didatangi Allah. Allah minta kepada Abraham, “Abraham, Abraham... Ambil anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi itu, yaitu Ishak. Pergilah ke Tanah Moria dan persembahkanlah dia sebagai korban bakaran.”

Karena Abraham taat kepada Tuhan, keesokan harinya dia pun pergi ke sebuah gunung dan dibawanyalah Ishak, anaknya. Lalu sampailah mereka di sebuah gunung, yaitu Gunung Moria. Di sana Abraham bersama dengan Ishak dan bujangnya mengumpulkan kayu dan kayu sudah cukup untuk membakar korban bakaran.

Ishak, dia berkata kepada ayahnya, “Ayah, kayu sudah cukup banyak dan tempat bakaran korban juga sudah siap. Mana domba yang mau dibakar untuk dipersembahkan kepada Tuhan?

Abraham dengan hati yang sangat sedih, Abraham mengambil Ishak anaknya itu lalu mengikatnya. Ishak tidak berontak, ia tidak melawan. Abraham pun tidak mengatakan apa-apa, dia hanya berkata, “Nanti, Tuhan akan sediakan.” Lalu Abraham meletakkan Ishak di atas mezbah persembahan. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, dan di tangannya ada pisau untuk menyembelih Ishak, anak yang ia kasihi.

Adik-adik, kira-kira seperti apa hati Abraham. Abraham tentu sangat sedih dan mungkin hancur hatinya. Karena bukankah Ishak itu adalah anak satu-satunya dan anak yang dilahirkan saat usia Abraham 100 tahun. Anak itu pun adalah anak perjanjian. Artinya bahwa Allah memberikan anak itu kepada Abraham. Tetapi saat itu Allah meminta Abraham untuk mempersembahkannya dengan cara disembelih dan dibakar.

Adik-adik, apa yang terjadi? Apakah Ishak benar-benar disembelih dan dibakar? Ternyata, sebelum Abraham menyembelih anaknya, Tuhan berbicara kepada Abraham, “Abraham, Abraham!” Aduh, adik-adik sedikit lagi pisau tajam itu menyentuh Ishak. Abraham pun berhenti, Abraham tahu bahwa itu suara Tuhan. Abraham berkata, “Ya, Tuhan.” Tuhan berfirman, “Jangan bunuh anak itu! Sekarang aku tahu bahwa engkau takut akan Allah. Engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu itu kepada-Ku.

Hore... Abraham pun tidak jadi menyembelih anaknya. Begitu Abraham melihat ke tempat yang lain, Abraham pun melihat seekor domba yang tanduknya sedang tersangkut di belukar. Lalu Abraham mengambil domba itu dan mempersembahkannya menjadi korban bakaran sebagai pengganti anaknya.

Adik-adik, tindakan Abraham tadi mendapat pujian dari Tuhan. Maka Tuhan bersumpah akan memberkati Abraham melimpah-limpah dan membuat keturunan Abraham sangat banyak seperti bintang di langit dan pasir di laut.

Apa yang perlu kita pelajari dari kisah ini?

Aplikasi
1.       Allah tidak menghendaki manusia itu dipersembahkan sebagai korban bakaran kepada-Nya. Allah tidak menghendaki korban berupa manusia.
2.       Kalau kita taat /setia mengikuti kehendak Tuhan, maka Ia akan memberkati/menyediakan keperluan/kebutuhan hidup kita.
3.       Kita tidak akan rugi apa-apa apabila kita hanya percaya kepada Tuhan dan tidak kepada yang lain. Kalau kita sudah percaya Tuhan, cukuplah percaya kepada-Nya, jangan kepada yang lain.




0 comments:

Post a Comment

 
;