Tema :
Ishak Dipersembahkan di Gunung Moria
Nats :
Kejadian 22:1-19
Abraham diuji
·
Bapa
segala bangsa
·
Ayahnya
Ishak
·
Suami dari
Sarah
·
Anak Terah
·
Hamba yang
dikasihi Tuhan
·
Taat,
setia, dan takut akan Tuhan
·
Sudah tua
·
Penerima
janji Tuhan
·
Percaya
Tuhan
·
Melalui
Abraham bangsa-bangsa diberkati
Siapakah Ishak?
·
Anak
Abraham
·
Anak
tunggal
·
Anak yang
penurut
·
Arti nama
Ishak = tertawa
·
Anak yang
dinanti-nantikan oleh orang tuanya, sangat disayangi orang tuanya
·
Anak
perjanjian
·
Anak yang
polos
·
Anak yang
percaya penuh kepada ayahnya
Gunung
adalah tempat di mana orang Israel terbiasa menyembah Tuhan
Pendahuluan
Apakah
Allah menghendaki manusia mempersembahkan manusia yang lain sebagai persembahan
korban yang berkenan kepada-Nya?
Artinya,
apakah Allah menghendaki supaya Abraham mempersembahkan anaknya Ishak sebagai
korban yang berkenan kepada-Nya.
Kalimat Peralihan
Adik-adik,
kita akan bersama-sama belajar Alkitab...
Nas
Nas
kita hari ini bercerita tentang Abraham diuji imannya oleh Allah. Apa ujiannya?
Ishak anaknya diminta Allah untuk dipersembahkan sebagai korban bakaran.
Adik-adik,
pada suatu hari Abraham didatangi Allah. Allah minta kepada Abraham, “Abraham,
Abraham... Ambil anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi itu, yaitu Ishak.
Pergilah ke Tanah Moria dan persembahkanlah dia sebagai korban bakaran.”
Karena
Abraham taat kepada Tuhan, keesokan harinya dia pun pergi ke sebuah gunung dan
dibawanyalah Ishak, anaknya. Lalu sampailah mereka di sebuah gunung, yaitu
Gunung Moria. Di sana Abraham bersama dengan Ishak dan bujangnya mengumpulkan
kayu dan kayu sudah cukup untuk membakar korban bakaran.
Ishak,
dia berkata kepada ayahnya, “Ayah, kayu sudah cukup banyak dan tempat bakaran
korban juga sudah siap. Mana domba yang mau dibakar untuk dipersembahkan kepada
Tuhan?
Abraham
dengan hati yang sangat sedih, Abraham mengambil Ishak anaknya itu lalu
mengikatnya. Ishak tidak berontak, ia tidak melawan. Abraham pun tidak
mengatakan apa-apa, dia hanya berkata, “Nanti, Tuhan akan sediakan.” Lalu
Abraham meletakkan Ishak di atas mezbah persembahan. Sesudah itu Abraham
mengulurkan tangannya, dan di tangannya ada pisau untuk menyembelih Ishak, anak
yang ia kasihi.
Adik-adik,
kira-kira seperti apa hati Abraham. Abraham tentu sangat sedih dan mungkin
hancur hatinya. Karena bukankah Ishak itu adalah anak satu-satunya dan anak
yang dilahirkan saat usia Abraham 100 tahun. Anak itu pun adalah anak
perjanjian. Artinya bahwa Allah memberikan anak itu kepada Abraham. Tetapi saat
itu Allah meminta Abraham untuk mempersembahkannya dengan cara disembelih dan
dibakar.
Adik-adik,
apa yang terjadi? Apakah Ishak benar-benar disembelih dan dibakar? Ternyata,
sebelum Abraham menyembelih anaknya, Tuhan berbicara kepada Abraham, “Abraham,
Abraham!” Aduh, adik-adik sedikit lagi pisau tajam itu menyentuh Ishak. Abraham
pun berhenti, Abraham tahu bahwa itu suara Tuhan. Abraham berkata, “Ya, Tuhan.”
Tuhan berfirman, “Jangan bunuh anak itu! Sekarang aku tahu bahwa engkau takut
akan Allah. Engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu itu kepada-Ku.
Hore...
Abraham pun tidak jadi menyembelih anaknya. Begitu Abraham melihat ke tempat
yang lain, Abraham pun melihat seekor domba yang tanduknya sedang tersangkut di
belukar. Lalu Abraham mengambil domba itu dan mempersembahkannya menjadi korban
bakaran sebagai pengganti anaknya.
Adik-adik,
tindakan Abraham tadi mendapat pujian dari Tuhan. Maka Tuhan bersumpah akan
memberkati Abraham melimpah-limpah dan membuat keturunan Abraham sangat banyak
seperti bintang di langit dan pasir di laut.
Apa
yang perlu kita pelajari dari kisah ini?
Aplikasi
1.
Allah
tidak menghendaki manusia itu dipersembahkan sebagai korban bakaran kepada-Nya.
Allah tidak menghendaki korban berupa manusia.
2.
Kalau kita
taat /setia mengikuti kehendak Tuhan, maka Ia akan memberkati/menyediakan
keperluan/kebutuhan hidup kita.
3.
Kita tidak
akan rugi apa-apa apabila kita hanya percaya kepada Tuhan dan tidak kepada yang
lain. Kalau kita sudah percaya Tuhan, cukuplah percaya kepada-Nya, jangan
kepada yang lain.
0 comments:
Post a Comment